Home » » Doktrin Ahlussunnah Wal jamaah: Prolog

Doktrin Ahlussunnah Wal jamaah: Prolog

Written By Grosir Kaos Distro Bandung on Saturday 1 June 2013 | 05:27


Doktrin Ahlussunnah  Wal jamaah: Prolog

islam sunni, kajian salaf, kajian islam, kajian sunnah, ahlussunnah wal jamaah, pengertian sunnah, ahlus sunnah wal jamaah meaning, definisi al sunnah, doktrin ahlussunnah wal jamaah, ajaran tauhid gus dur,  atwasut adalah, contoh tawasuth, tawasut, ta'adul, tasamuh, tawazun, pengetian, prinsip aswaja, doktrin nu
doktrin aswaja
Secara terminologis, Ahlussunnah  waljamah sebagai golongan yang mengikuti sunnah nabi dan atsar sahabat muncul menjadi dua pengertian. Pertama, Ahlussunnah  waljamaah dimaknai sebagai golongan setia pada Assunnah dan Al Jamaah, yaitu Islam yang dicontohkan Rasullulah saw. beserta para sahabatnya, terutama khulafaurrasyidin.  Dari pengertian ini, Ahlussunnah  waljamaah dirumuskan sebagai kelompok orang yang senantiasa konsisten dan setia mengikuti sunnah Nabi saw. dan thariqah atau jalan para sahabatnya dalam akidah, fiqh dan tasawuf. Kelompok ini terdiri dari para teolog (mutakallimĂ®n), ahli fiqh (fuqaha), ahli hadits (muhaditsin), dan ulama tasawuf (mutashawwifĂ®n).
        
Kedua, Ahlussunnah  waljamaah dipahami sebagai paham keagamaan yang muncul sebagai kristalisasi ajaran setelah Imam Al Asyari dan Al Maturidi memformulasikan aqidah Islam sesuai dengan Al Quran dan Assunnah. Karena faktor itulah gagasan Ahlussunnah  waljamaah dikenal sebagai penganut faham Asy’ariyah dan Maturidiyah.[1] Dengan demikian, dapat dipahami bahwa Ahlussunnah  waljamaah merupakan istilah yang terbangun melalui nalar urf (tradisi) sebagai representasi dari kelompok mayoritas ketika terjadi kondisi perpecahan paham merajalela dan dirasa perlu merapatkan barisan dan menyepakati sebuah identititas, sebagai upaya membedakan antara yang haq dan bathil, antara mereka yang teguh mengikuti sunnah dan yang menyimpang dengan berbagai macam bid’ah.
Secara garis besar, doktrin Ahlussunnah  waljamaah meliputi doktrin keimanan, keislaman, dan keihsanan. trilogi keagamaan ini membentuk dimensi keagamaan yang terbangun secara integral, meliputi syariah sebagai realitas hukum, thoriqoh sebagai jalan menuju hakikat sebagai puncak kebenaran esensial, meliputi aspek eksoterisme (lahir) dan aspek esoterisme (batin).[2]
silakan baca juga politik Gus Dur, Biografi Gus Dur, Pemikiran Gus Dur



[1] Nur Sayyid Santoso Kristeva, Sejarah Teologi Islam dan Akar Pemikiran Ahlussunnah Wal Jamaah, hal 144-145
[2] Ibid, hal 147                                                                              

0 comments:

Post a Comment