Home » » Biografi Gus Dur: Keterlibatan Gus Dur dengan NU

Biografi Gus Dur: Keterlibatan Gus Dur dengan NU

Written By Grosir Kaos Distro Bandung on Wednesday 31 July 2013 | 01:29

Keterlibatan Gus Dur dengan NU

biografi singkat gus dur, gus dur, tentang gus dur, biografi gus dur, biografi gus dur lengkap, biografi abdurrahman wahid, biografi abdurrahman wahid secara singkat, pendidikan gus dur, biografi kh abdurrahman wahid,
gus dur dan NU
Pada tahun 1980, karier Gus Dur semakin melesat setelah ia dipercaya menjadi wakil katib syuriyah PBNU setelah sebelumnya menolak bergabung dengan struktural NU karena lebih memilih menjadi intelektual publik. Budaya kritis-progressifnya membuat  Gus Dur terlibat dalam diskusi dan perdebatan yang serius mengenai masalah agama, sosial dan politik dengan berbagai kalangan lintas agama, suku dan disiplin.
Gus Dur pun semakin serius menulis dan bergelut dengan dunianya, baik di lapangan kebudayaan, politik, maupun pemikiran keislaman. Contoh hal yang kontroversial selaku seorang tokoh ulama sekaligus pengurus PBNU adalah ketika menjadi ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) pada tahunn 1983. Ia juga menjadi ketua juri dalam Festival Film Indonesia (FFI) tahun 1986, 1987.
     Bagi Gus Dur, pengalaman pertama bersinggungan dengan politik praktis ialah pada saat ia berkampanye untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) pada tahuin 1982. Prilaku tersebut ditanggapi rezim orde baru yang otoritarian dan militeristik adala dengan sebuah penangkapan atas dirinya, namun dikeluarkan kembali karena ia mempunyai kedekatan dengan jendreal Beni Moerdani.

1.      Reformasi NU

Kiprah pertama Gus Dur di PBNU adalah menjadi tim tujuh untuk mengerjakan isu reformasi dan membantu menghidupkan kembali NU. Hal ini dikarenakan NU dipandang sebagai organisasi masyarakat yang statis. Moment lain bagi prestasi Gus dur ialah pada saat petinggi NU berharap Idham Chalid mundur dari posisinya sebagai ketua PBNU, empat hari berikutnya Gus Dur datang menemui ketua PBNU tersebut  dan mengatakan bahwa kemunduran dirinya tersebut inkonstitusional. Gus dur bersama tim tujuh akhirnya mampu menegosiasikan kemundurannya hingga konstelasi politik elit  NU tetap pada relnya.
Berkaitan dengan ideologi negara yang saat itu menjadi perdebatan sengit yang berkepanjangan sejak kemerdekaan Indonesia, Soeharto mengeluarkan keputusan untuk menjadikan pancasila sebagai asa tunggal Indonesia. Alasan normatifnya adalah menghilangkan perdebatan yang mengganggu stabilitas politik negara. Akan tetapi, secara politis, gagasan tersebut muncul untuk menghegemonisasi berbagai aliran yang berkembang sehingga mampu ia pantau dan kendalikan melalui asa tunggal tersebut. Peristiwa ini terjadi pada 1983, setelah ia dipilih kembali oleh MPR. Kebijakan ini membuat Gus Dur menjadi bagian dari kelompok yang ditugaskan untuk menyiapkan respon terhadap kebijakan tersebut Juni hingga Oktober 1983.  Melalui epistimologi ahlussunnah wal jamaah yang menjadi pegangan bahsul masail tersebut, akhirnya kelompok tersebut menyatakan NU harus menerima pancasila sebagai ideologi negara. Dengan pernyataan tersebut, Nu menjadi organisasi masyarakat pertama yang menyatakan penerimaannya terhadap pancasila, sekaligus menjadi bukti sikap tawasuth yang dimiliki NU, termasuk Gus Dur. Adapun pada tahun itu juga, Gus Dur menyatakan keluar dari PPP dan berfokus kepada Nu, begitu pula Nu, keluar dari partai politik dan berfokus pada sosial kemasyarakatan yang lebih luas.

2.      Manuver Ketua PBNU

Reformasi-reformasi yang dilakukan Gus Dur terhadap Nu semakin membuat prestasi dan popularitasnya naik di kalangan elit Nu. Hal ini terbukti pada Munas 1984, banyak kalangan elit NU yang  menominasikan Gus Dur menjadi ketua PBNU. Melalui  aklamasi oleh sebuah tim ahl hall wa al-’aqdi yang diketuai K.H. As’ad Syamsul Arifin, Gus Dur terpilih untuk menduduki jabatan ketua umum PBNU pada muktamar ke-27 di Situbondo. Terpilihnya Gus Dur dilihat positif oleh Suharto. Hal ini dibuktikan dengan penunjukkan Gus dur oleh soeharto sebagai indoktrinator Pancasila pada tahun 1985. Pada tahun 1987, manuver Gus Dur ditunjukkan dengan dukungan lebih lanjut terhadap rezim. Manuver tersebut sangat kontroversial karena mengkritik PPP dalam pemilihan umum legislatif 1987 dan memperkuat Partai Golkar Suharto. Lebih lanjut lagi, sikapnya yang dinilai kontroversial adalah  dirinya  menjadi anggota MPR mewakili Golkar.

Meskipun demikian disukai rezim penguasa Orde Baru, ia pun mampu mengkritik pemerintah karena pembangunan waduk omb didanai bank dunia. Selama msa jabatannya sebagai ketua PBNU ini, Gus Dur konsen dalam mereformasi sistem pendidikan pesantren dan meningkatkan kualitas sistem pendidikan pesantren sehingga dapat menandingi sekolah sekular.Pada tahun 1987, Gus Dur juga mendirikan kelompok belajar di Probolinggo, Jawa Timur untuk menyediakan forum individu sependirian dalam NU untuk mendiskusikan dan menyediakan interpretasi teks Muslim yang sering ditafsirkan secara tekstual. Dalam hal ini, fenomena kontroversial yang ia lontarkan salah satunya adalah Gus Dur pernah mengharapkan mengubah salam Muslim "assalamualaikum" menjadi salam sekular "selamat pagi".
silakan klik juga karier awal Gus Dur

0 comments:

Post a Comment