Home » » Biografi Gus Dur: Pendidikan luar negeri

Biografi Gus Dur: Pendidikan luar negeri

Written By Grosir Kaos Distro Bandung on Wednesday 31 July 2013 | 01:17

Pendidikan Gus Dur di Luar Negeri

biografi singkat gus dur, gus dur, tentang gus dur, biografi gus dur, biografi gus dur lengkap, biografi abdurrahman wahid, biografi abdurrahman wahid secara singkat, pendidikan gus dur, biografi kh abdurrahman wahid,
pendidikan gus dur
Berkat beasiswa depag, pada November 1963 Gus Dur  melanjutkan studi  ke Kairo. Akan tetapi, kekecewaan terjadi pada tahun pertama karena dirinya harus melakukan remidial  (semacam kelas persiapan) yang membosankan karena harus mengulang mata pelajaran yang pernah ditempuh di Indonesia. Hal ini dikarenakan ia tidak mampu membawa alat bukti bahwa dirinya mahir berbahasa Arab. Untuk menghilangkan kebosanan, Gus Dur sering mengunjungi perpustakaan dan pusat layanan informasi Amerika (USIS) dan toko-toko buku dimana ia dapat memperoleh buku-buku yang dikehendaki.
Selain mengunjungi perpustakaan, tahun 1964  sudah banyak menikmati hidupnya dengan menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak bola. Ia juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kembali kecewa karena dirinya telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan menolak metode belajar yang digunakan Universitas.
Pada tahun tersebut, terdapat banyak hal baru yang terjadi. Pertama, ia bekerja di kedutaan besar indonesia. Kedua, Indonesia sedang mengalami Insiden G30 SPKI dan ia  diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar Indonesia di universitas Al Azhar dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Dampak rezim ini membuat dirinya terganggu. Pada tahun 1966, ia diberitahu bahwa ia harus mengulang belajar.
Sebagai respon kegagalannya, Gus Dur pindah ke Irak melalui beasiswa di Universitas Baghdad, masuk dalam Departement of Religion samapi tahun 1970. Pada waktu yang sama ia kembali bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di Universitas, serta meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga menulis majalah asosiasi tersebut.
Di luar kampus,Gus Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh jamaah NU. Di sini pula lah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya.

Setelah tamat dari universitas tersebut, Gus Dur pergi ke Universitas Leiden, belanda untuk melanjutkan pendidikan pasca sarjana. Akan tetapi, persyaratan yang ketat, terutama dalam bidang bahasa -misalnya untuk masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau Latin dengan baik di samping bahasa Jerman- tidak dapat dipenuhinya, hal yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya ia menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Dari Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun 1971.Untuk biaya hidup di rantau, dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal tanker. Gus Dur juga sempat pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman secara mendalam. Namun, akhirnya perjalanan studinya berakhir setelah terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
silakan baca juga abdurrahma wahid masa remaja

0 comments:

Post a Comment