Pendidikan Gus Dur di Luar Negeri
pendidikan gus dur |
Selain
mengunjungi perpustakaan, tahun 1964 sudah banyak menikmati hidupnya
dengan menonton film Eropa dan Amerika, dan juga menonton sepak
bola. Ia juga terlibat dengan Asosiasi Pelajar
Indonesia dan menjadi jurnalis majalah asosiasi tersebut. Pada akhir tahun, ia
berhasil lulus kelas remedial Arabnya. Ketika ia memulai belajarnya dalam Islam
dan bahasa Arab tahun 1965, Gus Dur kembali kecewa karena
dirinya telah mempelajari banyak materi yang diberikan dan
menolak metode belajar yang digunakan Universitas.
Pada tahun tersebut, terdapat banyak hal baru yang
terjadi. Pertama, ia bekerja di kedutaan besar indonesia. Kedua, Indonesia
sedang mengalami Insiden G30 SPKI dan ia
diperintahkan untuk melakukan investigasi terhadap pelajar
Indonesia di universitas Al
Azhar dan memberikan laporan kedudukan politik mereka. Dampak
rezim ini membuat dirinya terganggu. Pada tahun 1966, ia diberitahu
bahwa ia harus mengulang belajar.
Sebagai respon kegagalannya, Gus Dur pindah ke Irak
melalui beasiswa di Universitas Baghdad, masuk
dalam Departement of Religion samapi tahun 1970. Pada waktu yang sama ia kembali
bersentuhan dengan buku-buku besar karya sarjana orientalis Barat. Ia kembali
menekuni hobinya secara intensif dengan membaca hampir semua buku yang ada di
Universitas, serta meneruskan keterlibatannya dalam Asosiasi Pelajar Indonesia dan juga
menulis majalah asosiasi tersebut.
Di luar kampus,Gus
Dur rajin mengunjungi makam-makam keramat para wali, termasuk makam Syekh Abdul
Qadir al-Jailani, pendiri jamaah tarekat Qadiriyah. Ia juga menggeluti ajaran
Imam Junaid al-Baghdadi, seorang pendiri aliran tasawuf yang diikuti oleh
jamaah NU. Di sini pula lah Gus Dur menemukan sumber spiritualitasnya.
Setelah tamat dari universitas tersebut, Gus Dur
pergi ke Universitas Leiden, belanda untuk melanjutkan pendidikan pasca
sarjana. Akan tetapi, persyaratan yang
ketat, terutama dalam bidang bahasa -misalnya untuk
masuk dalam kajian klasik di Kohln, harus menguasai bahasa Hebraw, Yunani atau
Latin dengan baik di samping bahasa Jerman- tidak dapat
dipenuhinya, hal yang dilakukan adalah melakukan kunjungan dan menjadi
pelajar keliling, dari satu universitas ke universitas lainnya. Pada akhirnya ia
menetap di Belanda selama enam bulan dan mendirikan Perkumpulan Pelajar Muslim
Indonesia dan Malaysia yang tinggal di Eropa. Dari
Belanda, Wahid pergi ke Jerman dan Perancis sebelum kembali ke Indonesia tahun
1971.Untuk biaya hidup di rantau,
dua kali sebulan ia pergi ke pelabuhan untuk bekerja sebagai pembersih kapal
tanker. Gus Dur juga sempat
pergi ke McGill University di Kanada untuk mempelajari kajian-lkajian keislaman
secara mendalam. Namun, akhirnya perjalanan studinya berakhir setelah
terilhami berita-berita yang menarik sekitar perkembangan dunia pesantren.
silakan baca juga abdurrahma wahid masa remaja
silakan baca juga abdurrahma wahid masa remaja
0 comments:
Post a Comment