Home » » Parrhessia: Komunikasi Politik Gus Dur

Parrhessia: Komunikasi Politik Gus Dur

Written By Grosir Kaos Distro Bandung on Wednesday 27 November 2013 | 21:01

politik gus dur, komunikasi politik gus dur, biografi singkat gus dur, abdurrahman wahid, ajaran gus dur,
komunikasi politik gus dur
Menurut Munawar Ahmad, gagasan Gus Dur yang berada di luar jalur konvensional dikenal dengan parrhesia, yaitu metode postrmodernisme Foucaltian untuk melakukan dekonstruksi terhadap wacana utama (grand narative) dengan cara selalu menawarkan alternatif. 

Komunikasi Politik Gus Dur

Parrhesia yang ditemukan Foucalt tersebut berasal dari literatur Yunani dan terdapat dalam karya Euripides (484-407 SM), diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris menjadi free speech. Makna parrhesia dipahami dalam dua bentuk. Pertama, parrhesia dipahami sebagai aktivitas pembicaraan yang tidak mengandung kualitas kritis, merujuk pada karya Plato tentang Republik.
Adapun makna kedua, parrhesia dipahami sebagai parrhesiaiazesthai yang diatikan sebagai tell to truth (menyampaikan kebenaran), berhadapan dengan suatu kondisi masyoritas sosial yang kadang menjadi sebuah antiteis atas keadaan tersebut. Indikasi tersebut terlihat kuat dalam wacana yang dibangun Gus Dur.[1] Ia berani melakukan antitesis terhadap pendapat mayoritas yang berkembang di masyarakat, baik penerimaan pancasila sebagai ideologi negara di saat kelompok muslim lain menggugatnya dijadikan asas tunggal, kunjungan ke Israel di saat banyak umat Islam menghujatnya, pembelaan Tabloid monitor dari pencabutan SIUPP oleh pemerintah yang bertindak secara represif ditengah desakan masyarakat yang marah karena beritanya yang menghina Nabi Muhammad, dan sebagainya.

            Dengan menggunakan pendekatan analisis konflik, Gus Dur terlihat jelas memainkan manajemen konflik dalam memicu keberanian masyarakat menghadapi rezim yang militeristik, baik melalui kontroversi untuk membangkitkan opini publik, oposisi dengan mainstream rezim Soeharto, bargaining position yang melalui komunikasi elit, atau pun untuk melakukan penyadaran massal dalam rangka mengimbangi hegemoni pemaknaan demokrasi oleh negara.

Silakan baca juga gus dur seorang aktivis politik


[1]Munawar Ahmad, Ijtihad Politik Gus Dur, hal. 5-7

0 comments:

Post a Comment