Home » » Aswaja Sebagai Metode Gerakan Perspektif Sosial Budaya

Aswaja Sebagai Metode Gerakan Perspektif Sosial Budaya

Written By Grosir Kaos Distro Bandung on Saturday 8 June 2013 | 23:23

Aswaja Sebagai Metode Gerakan Perspektif Sosial Budaya

islam sunni, kajian salaf, kajian islam, kajian sunnah, ahlussunnah wal jamaah, pengertian sunnah, ahlus sunnah wal jamaah meaning, definisi al sunnah, doktrin ahlussunnah wal jamaah, ajaran tauhid gus dur,  atwasut adalah, contoh tawasuth, tawasut, ta'adul, tasamuh, tawazun, pengetian, prinsip aswaja, doktrin nu
aswaja sebagai gerakan budaya 
Posisi Ahlussunnah  waljamaah sebagai metode gerakan, sinergitas antara analisa masalah yang dikoneptualisasikan melalui kerangka teoritis dengan solusi yang ditawarkan, baik tawaran strategis maupun taktis. Analisa permasalahan yang dilakukan tentunya menggunakan metode yang tawasuth, tawazun, tasamuh, dan taadul, dengan berbagai teori dan pendekatan. Pada posisi inilah berbagai penganut Ahlussunnah  waljamaah memiliki corak yang beragam karena perbedaan perspektif dan teoritik dalam memandang suatu fenomena. Maka, tidak heran jika sesama kalangan sunni memiliki perbedaan dalam taktis dan tindakan parsial, bahkan dalam solusi strategis sekali pun.

            Dalam memaham persoalan sosial-budaya di Indonesia, dapat dianalisa melalui dua pendekatan. Kedua hal tersebut adalah sebagai berikut.
a)       analisa terhadap kondisi sosial budaya masyarakat, baik pada tingkatan lokal atau pada tingkat global. Hal ini dikarenakan proses globalisasi yang sedang terjadi merupakan bagian dari mata rantai kebudayaan yang saling terkait dan terhubung satu sama lain.
b)       analisa terhadap nilai-nilai budaya lokal yang dapat dijadikan pijakan dalam melakukan transformasi sosial-budaya terhadap berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat. Dalam hal ini, Ahlussunnah  sebagai metode gerakan menemukan relevansinya dalam menggrekkan watak transformatif dari akulturasi budaya antara budaya lokal dengan spirit pembebasan dari Islam. Posisi berbanding searah antara Islam dengan budaya dalam melakukan perubahan sosial pada akhirnya mampu melakukan filtrasi terhadap krisis identitas yang disebabkan keterjebakan oleh arus global.
Hal pertama yang dilakukan Ahlussunnah  waljamaah sebagai entitas perubahan adalah dengan melakukan harmonisasi antara agama dengan budaya. Hal ini dikarenakan terjadi konflik vertikal antara pemahaman agama dengan budaya sebagai akibat dari watak agama yang legal-formal dan baku berhadapan dengan budaya yang selalu berubah dan lentur. Proses saling mendominasi dan menghegemoni antara kedua pemahaman tersebut menyebabkan keduanya selalu bershadap-hadapan, bahkan saling mengeliminasi.
 Paradoks tersebut bisa diatasi jika agama sebagai wahyu menjadi inspirasi untuk melakukan pijakan perubahan, tentunya dengan penggalian melalui kerangka ushul fiqih, kaidah fiqih, dan kerangka metodologi yang lainnya. Begitu pula budaya sebagai refleksi perkembangan rasio manusia dengan sendirinya akan berubah melalui perkembangan pemikiran dan paradigmatik.
                        Kedua, posisi rekonsiliasi antara agama dengan budaya akan menjadi kekuatan masyarakat dalam melakukan resistensi terhadap hegemoni globalisasi yang mempunyai sisi gelap, yakni mengikis habis budaya lokal. Nilai-nilai Ahlusunnah waljamaah yang berkolaborasi dengan teori-teori rekayasa sosial sejatinya mampu menjadi pendorong sosial budaya yang timpang. Formula ini, jika dilaksanakan secara konsisten, akan menciptakan identitas bangsa besar dengan kebesaran budaya, serta mampu melakukan inovasi yang diadopsi dari hegemoni global.




0 comments:

Post a Comment