Politik Gus Dur: NU, Negara, dan Kampanye Kesetiaan Pada Pancasila
Rapat akbar NU pada 1 Maret 1992 merupakan
peringatan ulang tahun NU, sekaligus merupakan kampanye kesetiaannya kepada
pancasila. Secara sepintas, rapat akbar tersebut dianggap paradoks, mengingat
NU telah mendukung pancasila sejak 1984. Akan tetapi, jika dianalisa lebih jauh
rapat akbar tersebut merupakan bagian dari dukungan terhadap kesetiaan
pancasila yang menjadi dasar dan nilai luhur bangsa, namun kini telah
ditinggalkan kalangan elit negara.
Menurut Greg Barton, sebelum Rapat Akbar
dicetuskan, Gus Dur tengah mengalami tekanan serius dari kelompok Soeharto agar
NU kembali mendukung pemilihan kembali Soeharto menjadi presiden. Begitu pula
kegiatan Gus Dur yang kontroversial, termasuk di dalamnya pernyataan keras
mengenai dialog antar iman dan upaya memajukan pembaharuan pemikiran Islam,
banyak mendatangkan musuh bagi dirinya dari internal NU sendiri. Banyak
kalangan yang mempertanyakan integritas dan eksistensinya bagi NU sendiri yang
sejak lama tidak pernah melakukan tindakan
liberal tersebut.[1]
Dalam pandangan Douglas E. Ramage, ada
banyak alasan yang melatarbelakangi terjadinya Rapat Akbar NU yang
mengkampanyekan kesetiaan kepada pancasila di tengah negara pancasila.[2]Pertama,
Gus Dur sedang ditekan oleh Soeharto agar warga NU mendukung pencalonan kembali
dirinya menjadi presiden. Karena NU bukan merupakan partai politik, maka
dukungan institusi NU terhadap Soeharto merupakan hal yang mustahil. Akan
tetapi, penolakan terhadap pemilihan Soeharto pun merupakan hal yang akan
beresiko terhadap eksistensi NU sendiri yang akan vis a vis dengan rezim
Soeharto.
Melalui rapat akbar tersebut, Gus Dur mampu
melakukan penolakan terhadap pemilihan Soeharto sekaligus memberikan penyadaran
massal dan opini publik bahwa NU akan selalu setia kepada pancasila, tidak akan
berubah menjadi mesin politik yang akan bertransaksi dengan kekuasaan. Hal
tersebut pun sekaligus akan menghindari konfrontasi langsung NU dengan negara.
Soeharto sendiri tidak akan mampu menghalangi rapat akbar tersebut karena
kesetiaan kepada pancasila merupakan hal yang dicita-citakan negara. Dalam hal
ini, Gus Dur cerdik memainkan kelemahan dan penyelewengan rezim kekuasaan
sebagai sebuah senjata dan bom bunuh diri yang mematikan.
Kedua, ditujukan untuk
diselenggarakannya pemilu yang bebas dari kekerasan. Aksi solidaritas dalam
rangka penegakkan pancasila dengan mobilisasi massa se-Indonesia menjadi
kekuatan untuk melakukan kritik sosial dan penyadaran massal, meskipun pada
realitanya banyak kalangan nahdliyin yang dihalang-halangi untuk mengikuti
rapat akbar tersebut.
Ketiga, Gus Dur sangat cemas dengan kehadiran organisasi Islam baru yang disponsori
oleh pemerintah, ICMI. Menurutnya, ICMI merupakan organisasi yang melegitimasi
eksklusivisme Islam dan mengikis toleransi sosial terhadap kalangan non-muslim
di Indonesia. Melalui rapat akbar tersebut, Gus Dur ingin menunjukkan bahwa NU
mendorong proses demokratisasi yang mendasar dan tidak mau dikooptasi
pemerintah.
Keempat, Gus Dur merasakan naiknya gelombang sektarianisme dan fundamentalisme di
Indonesia. Melalui rapat akbar, Gus Dur ingin menghadirkan NU sebagai nuansa
Islam non-sektarian.
Kelima, tindakan dan langkah-langkah yang dihadirkan Gus Dur yang kontroversial dan
hubungannya yang terlalu dekat dengan para pengkritik Orde Baru atas nama
demokrasi akan membahayakan eksistensi NU yang dimarginalisasi pemerintah.
Melalui rapat akbar tersebut, Gus Dur berpengaruh sebagai ketua umum PBNU dan
rapat akbar merupakan respon langsung terhadap para pengkritiknya di internal
NU.
How to win at the slots in casinos - MJ Hub
ReplyDeleteHere are the casino tables you'll find. The 상주 출장마사지 slot machines are the 서울특별 출장샵 most common table 익산 출장안마 games in the world. Learn more 남양주 출장안마 about 정읍 출장마사지 the rules,